Model Keruangan Konservasi Sumber Daya Airtanah Menggunakan Pendekatan Bentuk Lahan Di Lereng Selatan Gunungapi Merapi

Bambang Hargono

Abstract


Wilayah Perkotaan Yogyakarta memiliki penduduk terpadat dan terbanyak. Kondisi tersebut menyebabkan kebutuhan akan air yang tinggi. Walaupun daerah lereng selatan Gunung Merapi memiliki curah hujan yang tinggi, penurunan muka air tanah sudah berlangsung lama dengan intensitas rata-rata mencapai 30 cm setiap tahun. Untuk itu diperlukan konservasi sumberdaya air di wilayah Perkotaan Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini yang pertama adalah untuk mengetahui model wilayah hidrologis berdasarkan bentuk lahan untuk mengetahui neraca air di sebagian lereng selatan Gunungapi Merapi, yang kedua, untuk mengetahui wilayah yang kekurangan air, dan kapan terjadinya, dan yang terakhir, menyusun rekomendasi mengenai konservasi yang diperlukan untuk mengatasi kekurangan air di sebagian lereng Selatan Gunungapi Merapi. Metode yang digunakan adalah penentuan wilayah lokasi penelitian berdasarkan satuan bentuk lahan, dan interfluv sungai, analisis ketersediaan air, perhitungan neraca air dan kapan terjadi kekurangan air, dan analisis untuk menentukan upaya konservasi. Berdasarkan hasil analisis, masih terdapat kekurangan air di beberapa wilayah Perkotaan Yogyakarta pada periode tertentu dengan asumsi kebutuhan air 120 L/orang/hari dan 50 L/orang/hari. Upaya konservasi yang diusulkan adalah melakukan manajemen air hujan.

References


Crawford, N. and Thurin, S. M. 1981. Hydrologic Estimates for Small Hydroelectric Projects,. NRECA Small Decentralized Hydropower (SDH) Program, Washington D.C.

Department of Environmental Resources 1999. Low Impact Development Design Strategies. An Integrated Design Approach, Maryland, USA: Price Georges County, Programs and Planning Division.

Fidelibus, M.W. and Bainbridge, D.A. 2014. Microcatchment Water Harvesting for Desert Revegetation. Soil Ecology and Restoration Group (Internet) http://www.rohan.sdsu.edu/dept/serg/serg.html/Microcatchment (diakses 11 November 2014).

Hatmoko, W., Radhika, Amirwandi, S., Fauzi, M., Firmansyah, R., dan Fathoni, A. 2012. Neraca Ketersediaan dan Kebutuhan Air pada Wilayah Sungai di Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum, Kementerian Pekerjaan Umum.

MacDonald, M., & Partners. 1984. Greater Yogyakarta-Groundwater Resources Study: Vol 3C. Yogyakarta: Directorate General of Water Resources Development (P2AT).

Post, J. 2004. Microcatchment Runoff Collection for Productive Purpose, http://foredt.mtu.edu/pcforestry/resources/studentprojects/microc.html. (diakses 11 November 2014).

Putra, D.P. 2002. Research Support Project: Integrated Water Resources management in Merapi/Yogyakarta Basin. Yogyakarta: Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.

Sartohadi, J. 2007. Terapan Geomorfologi dalam Pengelolaan Sumberdaya Air Alami. Jurnal Air, Lahan, Lingkungan, dan Mitigasi Bencana, 12(1).

Sen, Z. 2009. Spatial Modelling Principles in Earth Sciences. Springer Sciences+Business Media B.V.

Silva, D., Kobiyama, Yamashiki, & Takara. 2009. Investigation of Geomorphological Properties Using Voronoi Discretization. Kyoto: Kyoto University.

Sudarmadji. 1991. Agihan Geografi Sifat Kimia Airtanah Bebas di Kotamadya Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Verstappen. 1983. Applied Geomorphology. Amsterdam: Elsevier Science

Widiyanto. 1999. Kajian Geomorfologi Gunungapi dalam Geografi Fisik. Pidato Pengukuhan Jabatan Lektor, Yogyakarta, Fakultas Geografi.




DOI: https://doi.org/10.32679/jsda.v10i2.134

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2017 Bambang Hargono

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Indexed by:
        
Sekretariat:
 
Direktorat Bina Teknik Sumber Daya Air, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.